TUHAN ITU JAUH ATAU TUHAN ITU DEKAT
Di
dalam Agama Hindu, jika diperhatikan secara sungguh-sungguh dalam setiap gerak
kita untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, akan
nampak ada yang memandang Tuhan itu jauh berada di luar diri manusia, namun di
sisi lain ada yang memuja seperti Tuhan itu dekat dan berada dalam tubuh
manusia. Mana sesungguhnya yang benar ? Ataukah semuanya benar, atau semuanya
keliru?
Hindu
sangat flexibel dan bebas memuja NYA sesuai dengan tingkat kemampuan nalar dan kemampuan
berpikir yang bersangkutan. Kita mengenal Catur Marga Yoga yaitu empat jalan di
dalam menghubungkan diri kepada Tuhan yaitu :
- Bhakti Marga Yoga
- Karma Marga Yoga
- Jnana Marga Yoga
- Raja Marga Yoga
Dalam
Bhagawad Gita disebutkan bahwa “jalan manapun yang engkau tempuh, maka akan Ku
terima sebagai orang yang berhati mulia”. Maka kita diberikan kebebasan memuja
NYA dengan jalan yang mana saja. Namun demikian sesungguhnya ada perbedaan
konsep yang mendasar dari jalan-jalan tersebut di atas.
Bhakti
Marga Yoga dan Karma Marga Yoga sebutkan sebagai Karma Kanda (prawerti),
sedangkan Jnana Marga Yoga dan Raja
Marga Yoga disebut sebagai Jnana Kanda (Niwerti). Karma Kanda (Prawerti)
memiliki pandangan bahwa Tuhan itu jauh diluar diri manusia, sehingga dalam
setiap pemujaan kepadaNYA ada proses Nedunang (menurunkan) dan Ngeligihang
(mengembalikan/menaikan). Hal ini bisa kita lihat saat pemangku memimpin suatu
upacara persembahyangan. Demikian juga dalam sembahyang Tri Sandya, sembah
puyung pertama sebagai proses menurunkan Tuhan Yang Maha Esa dan sembah puyung
kelima sesungguhnya sebagai proses mengembalikan Tuhan Yang Maha Esa. Demikian
juga saat ada acara Piodalan, ada acara Mekala Hyang adalah proses Nedunang
sedangkan proses Nyineb sebagai proses Ngeligihang. Sedangkan disisi lain Jnana
Kanda memiliki filosofi Tuhan itu dekat berada dalam diri manusia, dengan
demikian tidak ada proses Nedunang dan Ngeligihang. Ini bisa kita lihat dan
kita rasakan saat kita melaksanakan meditasi. Kita memusatkan pikiran kita
kepada Cakra-cakra yang dalam tubuh kita yang nota bena disana adalah atman
atau Tuhan itu sendiri, tidak perlu ada proses Nedunang dan Ngelinggihang.
Kita
umat Hindu di Indonesia yang konon dengan sekte Siwa Sidantha, melaksanakan
semuanya, baik Karma Kanda maupun Jnana Kanda. Hanya saja tingkat prosentasenya
yang berbeda-beda, ada yang Karma Kanda nya lebih menonjol, ada juga yang Jnana
Kanda nya yang lebih menonjol.
Mungkin
agar berbeda dengan di India yang sangat ketat dengan sekte-sekte nya, yang dalam
filsafat Ketuhanan disebut dengan Henothesime meyakini banyak Dewa tapi hanya
memuja satu Dewa, agak nampak jelas mana yang menjalankan Karma Kanda dan mana
yang melaksanakan Jnana Kanda. (Titut Budiartha)
Blogger Comment